4 Desainer Indonesia Tampil di New York Fashion Week hari ini

4 Desainer Indonesia Tampil di New York Fashion Week hari ini

Empat desainer Indonesia tampil di acara New York Fashion Week yang digelar hari ini, Senin 9 September waktu setempat.

 

Bisnis.com, JAKARTA - Empat desainer Indonesia tampil di acara New York Fashion Week yang digelar hari ini, Senin 9 September waktu setempat.

Keempat desainer itu tergabung dalam Indonesian Diversity yang menampilkan empat desainer pakaian siap pakai dan pakaian malam mewah yang akan menyoroti keindahan dan kekayaan desain dan budaya Indonesia.

Indonesian Diversity adalah platform yang dibuat oleh Indonesia Creative Hub untuk mempromosikan Desainer Indonesia di panggung global dan telah menghadirkan talenta top dari Indonesia di NYFW: The Shows platform selama lebih dari 6 musim.

Berikut profil empat desainer tersebut seperti dikutip dari situs resmi New York Fashion Week 2019:

Maggie Hutauruk Eddy

Pada 2012, Maggie Hutauruk Eddy memutuskan untuk memulai Studio Desain / Kreatif dan Galeri Seni bernama 2madison. Nama ini mewakili harapannya bahwa suatu hari ia akan dapat membawa produk kreatif dari Indonesia ke Madison Avenue, NYC, Avenue favoritnya. Maggie Hutauruk-Eddy lahir di Jakarta, Indonesia, tetapi menghabiskan total dua belas setengah tahun di Amerika, dan itu telah menjadi rumah kedua. Di bawah label 2madison Avenue, Maggie terus berkolaborasi dengan pelukis, seniman jalanan, ilustrator, desainer dan perajin dalam membuat berbagai produk kreatif termasuk mode, furnitur, dekorasi rumah, dan banyak lagi, tetapi fashion adalah inti dari fokus merek.

Marina Christyanti

Marina Christyanti atau Ayumi adalah perancang busana dan pemilik Ayumi Fashion Brand, merek untuk wanita yang berlokasi di Jakarta Selatan, Indonesia. Marina lahir dan besar di Tokyo, 30 Mei 1981 dan memiliki tiga saudara perempuan. Dia memulai debutnya sebagai perancang busana pada tahun 2011 karena cinta akan fashion dan impian masa kecilnya untuk menjadi seorang penjahit. Dengan warna hitam, warna tanah, dan pastel sebagai warna inti dari lini, Ayumi Fashion Brand telah mengembangkan reputasi untuk menawarkan potongan-potongan yang disesuaikan dengan mulus.

Julianto

Julianto adalah perancang busana Indonesia yang terkenal di Asia Tenggara. Pada 2017, ia mendapatkan gelar sarjana dari Istituto di Moda Burgo di Milan, Italia, dan menguasai keterampilan desain dan pembuatan pola. Julianto terkenal karena manik-manik dan pakaian malam yang unik dan rumit. Pakaian malam adalah jantung dari merek. Potongan-potongan semua dihiasi dalam hiasan indah dan sulaman romantis dan setiap bagian dibuat khusus dengan tangan dengan keahlian couture.

Yogiswari Prajanti

Yogiswari Prajanti, seorang desainer "sedang naik daun" dari Indonesia, dikenal karena karakter ilustrasi wanita ikoniknya yang sangat unik dan penuh warna yang menceritakan kisah-kisah Indonesia melalui fashion. Karirnya berkembang setelah bergabung dengan APPMI (Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia) pada tahun 2014. Dia memulai debut desainnya di Indonesia Fashion Week dengan tema "Painting the Universe," dan diterima dengan sangat baik sehingga melambungkan karirnya. Penggunaan perancang digital teknik pencetakan pada kain, kesenangan, desain penuh warna dan ilustrasi karakter yang menceritakan kisah-kisah tentang pengalamannya melihat dunia adalah keunggulan estetika desainer.

 

https://lifestyle.bisnis.com/read/20190909/104/1146002/4-desainer-indonesia-tampil-di-new-york-fashion-week-hari-ini

 

 

Read more
Cerita Desainer Soal Fashionista New York yang Apresiasi Kain Ulos

Cerita Desainer Soal Fashionista New York yang Apresiasi Kain Ulos

Jakarta - Beberapa waktu lalu kain ulos dibawa ke New York Fashion Week 2019 oleh brand 2Maddison. Ditampilkan di panggung peragaan bergengsi, sang desainer Maggie Hutauruk Eddy pun mengaku jika wastra asal Pulau Sumatra Utara tersebut sangat diapresiasi para fashionista New York. Meski sudah jarang dipakai di negeri sendiri, ulos yang diolah menjadi rangkaian busana cantik itu justru mendapat sambutan hangat di luar negeri. 

Hal tersebut disampaikan Maggie setelah memamerkan koleksi tersebut beberapa waktu lalu. Menurutnya, rangkaian busana bertema 'Seventh Earth' yang ditampilkan di New York pada 7 Februari 2019 itu menarik warga asing karena dibuat dengan tangan dan punya makna. 

"Satu yang saya dapatkan dari para fashionista di New York adalah mereka sangat apreciate saat saya sampaikan bawa kain-kain yang saya pakai ini dibuat oleh para penenun yang ada di daerah. Mereka menghargai pakaian dengan makna tertentu dan saya ingin menularkan (ulos) ke yang lain," kata Maggie kepada Wolipop setelah fashion show pada Jumat, (15/2/2019) di 2Madison Galerry, Kemang, Jakarta Selatan.

Selain memang berasal dari Sumatra Utara, Ulos sengaja dipilih Maggie karena mulai banyak ditinggalkan. Menurut riset yang dilakukannya, kain tradisional tersebut mulai punah karena semakin sedikitnya permintaan padahal banyak pengrajin menggantung hidup dari ulos. 

"Setelah diundang ke New York Fashion Week, saya berpikir keras statement apa yang mau saya bawa ke sana karena ini panggung yang nggak main-main mereka ingin kita pikirkan matang konsep yang ditawarkan. Saya tertarik ulos dan saya riset ternyata ada kategori ulos yang hampir punah karena demand sudah sangat menurun. 

Saya pikir kalau platform seperti ini (fashion show) orang Indonesia masih belum berminat pakai kain seperti ini. Akhirnya saya bawa ke platform New York Fashion Week dan mereka sangat mengapresiasi itu," tutur Maggie.

Mendapat sambutan yang baik, Maggie pun mengaku sekalian mempromosikan ulos dan kain tradisional Indonesia lain kepada para desainer di New York. "Saya kampanye ke desainer di Amerika bahwa di Indonesia ada banyak banget beautiful fabric yang bisa kamu leburkan ke koleski kamu," ungkapnya Maggie. 

Koleksi 'Seventh Earth' sendiri menawarkan rangkaian busana wanita, mulai dari blus, rok, celana, dress hingga gaun dengan desain kontemporer. Umumnya kain ulos berbagai warna dihadirkan sebagai detail. Sebagian besar busana yang dipamerkan kala itu adalah dress ramai detail ruffle. Warna-warna terang, seperti pink dan oranye pun mendominasi koleksi yang akan dijual seharga Rp 2,5 juta hingga 6,5 juta tersebut.
"Saya ingin memastikan bawah ini tidak seperti baju daerah banget. Saya ingin memastikan semua orang dari berbagai latar belakangan bisa menggunakannya dan merasa cantik," ujarnya. 

"Anak muda nggak mau pakai baju yang terlihat seperti baju acara kawinan. It's a big homework bagaimana membuat tenun affordable dan semua bisa pakai dan make sure desainnya kontemporer juga bisa didapatkan di mal-mal terdekat," tambah Maggie.

Foto: Rahmi Anjani/Wolipop

(ami/ami)
Read more
Seventh Earth “Art & Fashion Exploration"

Seventh Earth “Art & Fashion Exploration"

Label fashion 2Madison dan beberapa fashion designer Indonesia  bersama-sama bereksplorasi dengan mengelar pameran fashion bertajuk “SEVENTH EARTH”. Untuk diketahui pengertian dari Seven Earth sendiri adalah suatu alam atau dunia imajinasi dimana penghuninya dari lintas warna kulit, ekonomi, budaya/politik dan kultur yang sama-sama hidup harmonis. 

Seventh Earth adalah suatu kondisi dimana si kuat menolong si lemah, agar semua bisa maju bersama dan semua bisa mempunyai masa depan yang baik. Semua saling melengkapi hidup satu-sama lain dengan serasi tanpa hiruk pikuk tentang perbedaan, kecurigaan, apalagi rasa amarah/dengki. Apakah Seventh Earth ini akan pernah ada, atau hanya sekedar fantasi belaka? Jawabannya ada di hati dan benak sang Pembuat karya, dan para penikmatnya. 

Acara yang diselenggarakan tanggal 16 february 2019 sampai dengan 3 Maret 2019 ini menampilkan eksplorasi 10 fashion designer dari beberapa kota di Indonesia yang diantaranya adalah: Soni Irawan (Yogyakarta), Ruth Marbun (Jakarta), Hana Madness (Jakarta), Lala Bohang (Jakarta), Chairol Imam (Solo), Esa Apriansyah (Bandung), Imeldams (Cilegon), Dina Adelya (Jambi), DGTMB (Yogyakarta), Robet Olga (Solo). 

Pada pameran ini para designer mencoba menampilkan kelebihannya, terutama menonjolkan sisi Indonesia dengan menggunakan bahan-bahan etnik Indonesia seperti tenun ulos. Maggie Hutauruk Eddy, Desainer/Owner 2Madison Avenue menemukan fakta bahwa beberapa jenis tenun ulos sudah nyaris punah. Jika hal ini dibiarkan, maka akan semakin banyak penenun kain kehilangan mata pencahariannya. Seventh Earth dalam benak Maggie adalah kondisi dimana para pencinta fashion menyadari akan pentingnya peran mereka dalam lingkaran ini, dan karenanya secara sadar dan sengaja memilih untuk menggunakan fashion yang menggunakan tenun Indonesia. 

Dalam pameran sebelumnya Meggie pun memilih ulos sebagai medium utama yang digunakan untuk koleksi yang ditampilkannya di NYFW fall/winter 2019 bersama group Indonesia “Indonesian Diversity”. Maggie berharap dengan membawa koleksi ini ke platform fashion kelas dunia, minat terhadap ulos atau tenun Indonesia lainnya bisa dibangkitkan. (red)

 

http://www.familyguideindonesia.com/pages/Article/Home/Citybuzz/Seventh+Earth+

 

Read more
Cerita Maggie Hutauruk saat Pamer Karya di New York Fashion Week

Cerita Maggie Hutauruk saat Pamer Karya di New York Fashion Week

2Madison Avenue di New York Fashion Week 2019. Foto: Dok. 2Madison Avenue
Beberapa waktu lalu, koleksi busana karya desainer Tanah Air tampil di panggung New York Fashion Week 2019. Salah satunya datang dari koleksi ulos yang dibawakan oleh brand 2Madison Avenue garapan desainer Maggie Hutauruk Eddy.
"Saat diberi kabar bahwa saya mendapat kesempatan untuk bisa tampil di New York Fashion Week 2019. Saya merasa harus membuat sesuatu yang spesial di sana, jadi harus membuat fashion item yang tidak hanya keren tapi juga memiliki makna tersendri di baliknya. Oleh karena itu saya ingin memadukan ciri khas budaya Indonesia, yakni kain ulos dengan rancangan saya," jelas Maggie Hutauruk kepada kumparanSTYLE di 2Madison Galery Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (15/2).
2Madison Avenue di New York Fashion Week 2019. Foto: Dok. 2Madison Avenue
Bersama tiga koleksi busana karya desainer Tanah Air lainnya seperti Dian Pelangi, Itang Yunasz, Alleira Butik, 2Madison Avenue mengguncang runway New York Fashion Week 2019. Bersama Indonesia Diversity, empat desainer Indonesia masing-masing membawakan 12 koleksi busana untuk tampil dalam pembukaan New York Fashion Week 2019.
Ke-12 koleksi 2Madison Avenue tampil di New York Fashion Week 2019 pada 7 Februari lalu pun kembali ia tampilkan di pameran koleksi fashion brand 2Madison Avenue yang bertema "Seventh Earth-Bringing Ulos to NYFW19". Berlokasi di 2Madison Gallery di bilangan Kemang, Jakarta Selatan, pameran ini juga menampilkan eksplorasi seni 10 seniman lokal yaitu: Soni Irawan (Yogyakarta), Ruth Marbun (Jakarta), Hana Madness (Jakarta), Lala Bohang (Jakarta), Chairol Imam (Solo), Esa Apriansyah (Bandung), Imeldams (Cilegon), Dina Adelya (Jambi), DGTMB (Yogyalarta) dan Robet Olga (Solo).
Maggie Hutauruk dengan seniman yang pamer karya di Galeri 2Madison. Foto: Dok. 2Madison Avenue
Bukan tanpa alasan Maggie memilih eksplorasi kain ulos pada karyanya. Selain memang karena Maggie berasal dari Sumatra Utara, Ulos sengaja dipilihnya karena wastra Indonesia yang satu ini mulai banyak ditinggalkan. Menurut riset yang dilakukannya, kain tradisional tersebut mulai punah karena semakin sedikitnya permintaan padahal banyak pengrajin menggantung hidup dari ulos.
Bagi Maggie, New York Fashion Week menjadi platform yang amat tepat untuk membesarkan nama ulos. Menariknya lagi, Maggie mengemas ulos ini dengan sentuhan gaya bohemian art yang menjadi ciri khasnya. Bahkan ia menghadirkan art print Marilyn Monroe dan Audrey Hepburn ke dalam rancangannya.
2Madison Avenue di New York Fashion Week 2019. Foto: Dok. 2Madison Avenue
2Madison Avenue di New York Fashion Week 2019. Foto: Dok. 2Madison Avenue
Tak heran, kreativitasnya ini mendapat sambutan yang baik dari pecinta fashion di sana. Hal ini terbukti dari karya-karya dari 2Madison Aveneu yang telah ditawar oleh salah satu galeri di Soho New York City.
Koleksi ini pun terdiri dari ragam busana seperti dress, blouse, rok dan celana dengan desain kontemporer berdetail kain ulos dengan warna-warna yang terang dan dibanderol seharga Rp 2,5 juta hingga Rp 6,5 juta.

"Jadi dengan karya saya ini si pemakai tidak merasa ini baju adat banget. They can wear the dress anywehere. Dan saya ingin mereka bangga memakai pakaian ini," pungkas Maggie.

 

https://kumparan.com/@kumparanstyle/cerita-maggie-hutauruk-saat-pamer-karya-di-new-york-fashion-week-1550575620427301387

Read more
Tampil di New York Fashion Week 2019, Koleksi 2Madison Avenue Eksplor Keindahan Kain Ulos

Tampil di New York Fashion Week 2019, Koleksi 2Madison Avenue Eksplor Keindahan Kain Ulos

Tampil di New York Fashion Week 2019, Koleksi 2Madison Avenue Eksplor Keindahan Kain Ulos
gettyimages

Setelah tampil di NYFW Fall/Winter 2019 pada 7 Februari lalu, pameran koleksi fashion brand 2Madison Avenue yang bertema "Seventh Earth-Bringing Ulos to NYFW19" digelar dalam malam peragaan yang megah. Berlokasi di 2Madison Gallery di bilangan Kemang, Jakarta Selatan, pameran ini juga menampilkan eksplorasi seni 10 seniman lokal yaitu: Soni Irawan (Yogyakarta), Ruth Marbun (Jakarta), Hana Madness (Jakarta), Lala Bohang (Jakarta), Chairol Imam (Solo),  Esa Apriansyah (Bandung), Imeldams (Cilegon), Dina Adelya (Jambi), DGTMB (Yogyakarta) dan Robet Olga (Solo). 

Tema besar koleksi ini adalah: Seventh Earth, yg artinya Bumi Ke Tujuh.2madison dan seniman Indonesia terpilih bersama-sama bereksplorasi dengan mediumnya masing-masing dan menerjemahkan tema “SEVENTH EARTH”. Seventh Earth adalah suatu alam/dunia imajinasi dimana penghuninya dari lintas warna kulit, ekonomi, budaya/politik, dan kultur sama-sama hidup dengan harmonis. Seventh Earth adalah suatu kondisi dimana tidak ada batas antara mereka yang hidup di kota atau di pelosok. Seventh Earth adalah suatu kondisi dimana si kuat menolong si lemah, agar semua bisa maju bersama dan semua bisa mempunyai masa depan yang baik. Semua saling melengkapi hidup satu-sama lain dengan serasi tanpa hiruk pikuk tentang perbedaan, kecurigaan, apalagi rasa amarah atau dengki. Apakah Bumi ke Tujuh ini akan pernah ada, atau hanya sekedar fantasi belaka? Saat kita sangat bahagia, seringkali kita berkata, seperti berada di langit ke tujuh. Nah karena kita semua berada di bumi, kita sebut Bumi ke Tujuh, tempat dimana semua penghuninya bisa mendapatkan kebahagiaan. 

Dalam koleksi ini, Maggie Hutauruk Eddy selaku Creative Director dari brand 2Madison Avenue memilih untuk menggunakan medium kain Ulos pada karyanya. Dia menemukan fakta bahwa beberapa jenis tenun ulos sudah nyaris punah. Apabila dibiarkan, maka akan semakin banyak penenun kain tradisional kehilangan mata pencahariannya. Seventh Earth dalam benak Maggie adalah kondisi dimana para pencinta fashion menyadari pentingnya peran mereka dalam lingkaran ini, dan karenanya secara 'sadar'  memilih untuk mengenakan fashion yang menggunakan tenun Indonesia. Dia juga mengajak masyarakat untuk memastikan kelangsungan dari warisan budaya Nenek Moyang Indonesia.

 

https://www.facetofeet.com/event/9693/tampil-di-new-york-fashion-week-2019-koleksi-2madison-avenue-eksplor-keindahan-kain-ulos

Read more
Eksplorasi Seni dan Fashion di Gelaran 'Seventh Earth'

Eksplorasi Seni dan Fashion di Gelaran 'Seventh Earth'

Usai tampil di pekan mode New York Fashion Week Fall/Winter 2019 beberapa waktu lalu, desainer Maggie Hutauruk Eddy mengusung karyanya itu ke Jakarta, tepatnya di galeri yang digawanginya 2Madison Gallery. 

Berlokasi di Promenade, di jalan Bangka Raya, Jakarta Selatan, peragaan busana karya Maggie menjadi bagian dari gelaran eksplorasi seni dan fashion bertajuk 'Seventh Earth'.

Bersamaan dengan peragaan busana, galeri pun membuka pameran lukisan terpilih karya dari beberapa pelukis daerah di Indonesia. Pameran karya 10 seniman ini berlangsung dari 16 Februari hingga 3 Maret 2019. 


Dalam catatan produkisnya, Maggie mengungkapkan 'Seventh Earth' adalah alam atau dunia imajinasi di mana penghuninya berasal dari lintas warna kulit, ekonomi, budaya/politik dan kultur sama-sama hidup dengan harmonis. 

(Seventh Earth. Foto: Dok/herworldIndonesia)

 

Lebih jauh ia menggambarkan, 'Bumi Ketujuh' ini juga merupakan suatu kondisi di mana tak lagi ada batas antara mereka yang hidup di kota atau di pelosok. Semua orang maju bersama dan damai. Satu sama lain saling melengkapi tanpa kecurigaan dan perbedaan. 

Beranjak dari itu, Maggie membuat kejutan dengan menghadirkan koleksi busana yang tabrak warna, perpaduan tradisi dan modern, feminin dan maskulin, serta hal-hal yang di luar imajinasi ke dalam karya-karya busananya. 

Ia juga menyodorkan aneka potongan unik dari mulai mini dress dengan motif tradisional ulos, atau jaket-jaket dengan teknik lipatan aneka warna yang berukuran besar dipadukan dengan gaun sensual pas badan. Potongan busana yang hadir juga tak konvensional, tapi sedikit sensual dengan bagian punggung terbuka atau transparan. 

Beberapa potongan busana rancangan Maggie cukup unik dan menjanjikan. Beberapa di antaranya juga benar-benar mengeksplorasi seni, motif, dan melabrak batas dunia imajinasi atau anti-pengotakan. Seolah buat Maggie dalam karya tak lagi perlu ada batasan, tapi keleluasaan berekspresi. Karena itu lahirlah karya-karya yang mungkin sedikit out of the box. Meski berisiko, tawaran dari karya Maggie ini patut jadi perhatian. 

Pameran seni 

Sementara, menjadi latar dari peragaan kali ini, terdapat 10 karya seniman yang hadir dalam pameran di 2madison gallery. Para seniman itu, di antaranya ada Soni Irawan (Yogyakarta), Ruth Marbun (Jakarta), Hana Madness (Jakarta), Lala Bohang (Jakarta) dan Chairol Imam (Solo). 

Selain itu, ada juga Esa Apriansyah (Bandung), Imeldams (Cilegon), Dina Adelya (Jambi), DGTMB atau Dagingtumbuh (Yogyakarta), dan Robet Olga (Solo). 

(Seventh Earth. Foto: Dok/herworldIndonesia)

 

Masing-masing karya punya ciri khas yang unik dengan pendekatan berbeda-beda. Ada yang menggunakan akrilik di atas kanvas, ada juga yang membuat lukisan dari kain, benang dan manik-manik. 

Chairol Imam misalnya mengusung karyanya 'Sincare' yang dibuat dengan cat ackrilik, spidol dan pastel di atas kanvas yang kekanak-kanakan tapi sarat makna.

Lalu, Dina Adelya tampil unik dengan karyanya 'Pulang ke Rumah', yang dibuat dari kain, benang dan manik-manik. Ia menunjukkan cerita dari orang-orang yang merantau dan pulang ke rumah sebagai simbol kebahagiaan.

Sementara, Lala Bohang menghadirkan karya yang ia beri judul "Sometimes I'm Living in A Bubble and Nobody's Invited' yang dibuat dari akrilik dan charchol di atas kanvas. Ia menggambarkan perempuan yang juga berperan sebagai ibu, yang memberi tampa pamrih. 

Secara keseleruhan, perpaduan karya fashion, seni dan instalasi ini cukup unik dan menarik untuk disimak. Lihatlah lebih lama dan lebih dekat untuk mengetahui detail dan pesan yang ingin disampaikannya. 

 

http://www.herworld.co.id/article/2019/2/10812-Eksplorasi-Seni-dan-Fashion-di-Gelaran-Seventh-Earth

Read more
Four Indonesian designers light up 2019 New York Fashion Week

Four Indonesian designers light up 2019 New York Fashion Week

Four Indonesian designers, namely Dian Pelangi, 2Madison Avenue by Maggie Hutauruk, Alleira Batik and Itang Yunasz, showcased the richness of Indonesian fashion at the 2019 New York Fashion Week (NYFW).  

Located on 775 Washington Street, New York, the designers presented a variety of designs in a show titled “Indonesian Diversity’, including street-style modest attire by Dian Pelangi; bohemian styles with a touch of Indonesian traditional fabrics by 2Madison Avenue; Alleira’s modern-style batik; and a modern take on traditional fabrics, including ikat (handwoven fabric) and songket (Palembang’s traditional gold-threaded woven fabric), by Itang Yunasz.

The fashion show was among Indonesia Fashion Gallery (IFG) New York’s efforts to promote local designers in New York.

Winanto Andi, the consul for social-cultural and information affairs at the Indonesian Consulate General in New York said in a video posted on IFG’s Instagram that the “Indonesian Diversity” Fall-Winter 2019 was a continuation of a similar program previously presented at past NYFW events.

He said that over the past three years, IFG as a showroom and Indonesian designers in the United States had tried to bring Indonesian designers to NYFW’s stage.

“NYFW is a world-class stage and it’s [a good opportunity] to showcase the richness of Indonesian fashion, culture as well as to present the creativity of Indonesian designers,” he said. (jes/kes)

 

https://www.thejakartapost.com/life/2019/02/08/four-indonesian-designers-light-up-2019-new-york-fashion-week.html

Read more
INDONESIAN DIVERSITY | NYFW FW 2019

INDONESIAN DIVERSITY | NYFW FW 2019

4 Indonesian Designers Hit NYFW with Head Turning Designs Straight from Indonesia’s Hidden Fashion Culture

Represented By The Riviere Agency.

 

New York, NY (February 7, 2019) – Four dynamic Indonesian designers put a spin on the FW19 collections at NYFW: The Shows on Thursday morning on-site at Industria. The participating designers shown on the runway were Dian Pelangi, Alleira Batik, Itang Yunasz and 2 Madison Avenue.

Attendees were left in awe by each garment as they flowed down the runway. Intricate details like embroidered lace, bead work, and crystals were woven onto organic cotton, silk, leather and satin – many of the looks encompassing the traditional Indonesian prints and head wraps, like hijabs and turbans.

The runway show commenced with the collection of Dian Pelangi titled “Social Love,” her interpretation on the “hype” of the fashionista on social media. With pieces that left many of the American guests asking if the collection was “See Now Buy Now.”, Pelangi demonstrated that hijabi women can be cool, modern, and embrace street style.

“Women rocking a hijab should still be able to represent the modern, dynamic, and sporty street style typical of Manhattan.” quipped Pelangi backstage before the show. Each look had layered dresses and coats cinched at the waist over pants, obstructing the mainstream vision of femininity; integrating tones of pink, black, and yellow. Accessories included cat eye sunglasses that were ripe for street style snaps.

Itang Yunasz captivated the crowd with with flowy dresses that epitomized luxury, batik-chic, the traditional print of Indonesia, transporting them to a dreamy Jakarta night. Intricate details like crystal embroidery and seashells created a boho-chic aesthetic on the tulle, silk organza full length dresses that can easily be worn day or night – with the promise of transporting you to an Indonesian paradise. Each look was adorned by show-stopping turbans made from traditional fabric.

2 Madison Avenue brought new silhouettes, vibrant colors and structure to the runway. The collection was filled with hot pink, red, yellow, and other contemporary colors; along with a juxtaposition of textiles, designs, and knee-high boots. A world tour of inspiration from Africa to Japan and Spain to New York, the presentation started with pink and leather leading to embroidered evening wear; featuring euro-style pop-art to an elegant, white, finale dress.

The fourth collection, Alleira Batik, presented a sophisticated collection of tunics and dresses with traditional red and aqua blue silks and organza along with structured jackets. The show-stopper was a printed pantsuit with plum, burgundy, and red hues that effortless worked with unexpected synergy. The print recurred in other silhouettes that were both wearable and editorial, a hard feat for any designer.

The runway show was packed with a full house of industry editors, buyers, influencers, and notable guests which included Miss USA Sarah Rose Summers, Francesca Curran from Orange is the New Black, Ashley Martson and Jay Smith from 90 Day Fiancé, Melody Mitchell from VH1 Black Ink Crew, and Jenelle Evans from MTV Teen Mom 2 along with notable members of The Consul General Republic of Indonesia: Winanto Adi, Consul for Social-Cultural and Information Affairs, Yohannes Jatmiko, Consul for Economic Affairs, Rima Sundusita, Vice Consul for Social-Cultural and Information Affairs and Rahmayanti Jailani, Spouse of Indonesian consul general.

About Indonesian Diversity

Indonesian Diversity in cooperation with Indonesia Fashion Gallery presents 2Madison Avenue, Alleira Batik, Dian Pelangi and Itang Yunasz. 2MadisonAvenue was founded by designer Maggie Hutauruk whose bohemian, artsy, chic style adds a modern fashion-forward touch using traditional Indonesian fabrics and are 100% locally made. Alleira Batik, one of the largest Batik retailers in Indonesia has successfully changed the perception of traditional batik into wearable pieces for the modern fashion lifestyle. Dian Pelangi is returning to the NYFW: The Shows stage bringing her popular modest fashion all hijabi looks to the runway with a fresh modern vibe and an homage to street style. Itang Yunasz, one of Indonesia’s prominent modest designers is known for using traditional patterns such as Batik, Ikat, tie-dye and songket to create stunning modest fashion looks that are fresh and inspiring.

 

https://fashionweekonline.com/indonesian-diversity-nyfw-fw-2019

Read more
4 Indonesian Designers Hit NYFW Highlighting Its Hidden Fashion Culture

4 Indonesian Designers Hit NYFW Highlighting Its Hidden Fashion Culture

Four dynamic Indonesian designers put a spin on the FW19 collections at NYFW
The participating designers shown on the runway were Dian Pelangi, Alleira Batik, Itang Yunasz and 2 Madison Avenue.
 
Attendees were left in awe by each garment as they flowed down the runway. Intricate details like embroidered lace, bead work, and crystals were woven onto organic cotton, silk, leather and satin – many of the looks encompassing the traditional Indonesian prints and head wraps, like hijabs and turbans.
 
The runway show commenced with the collection of Dian Pelangi titled “Social Love,” her interpretation on the “hype” of the fashionista on social media.
 
With pieces that left many of the American guests asking if the collection was “See Now Buy Now.”, Pelangi demonstrated that hijabi women can be cool, modern, and embrace street style.
 
“Women rocking a hijab should still be able to represent the modern, dynamic, and sporty street style typical of Manhattan.” quipped Pelangi backstage before the show.
 
Each look had layered dresses and coats cinched at the waist over pants, obstructing the mainstream vision of femininity; integrating tones of pink, black, and yellow. Accessories included cat eye sunglasses that were ripe for street style snaps.
 
Itang Yunasz captivated the crowd with with flowy dresses that epitomized luxury, batik-chic, the traditional print of Indonesia, transporting them to a dreamy Jakarta night. Intricate details like crystal embroidery and seashells created a boho-chic aesthetic on the tulle, silk organza full length dresses that can easily be worn day or night – with the promise of transporting you to an Indonesian paradise.
 
Each look was adorned by show-stopping turbans made from traditional fabric.
 
2 Madison Avenue brought new silhouettes, vibrant colors and structure to the runway.
The collection was filled with hot pink, red, yellow, and other contemporary colors; along with a juxtaposition of textiles, designs, and knee-high boots.
 
A world tour of inspiration from Africa to Japan and Spain to New York, the presentation started with pink and leather leading to embroidered evening wear; featuring euro-style pop-art to an elegant, white, finale dress.
 
The fourth collection, Alleira Batik, presented a sophisticated collection of tunics and dresses with traditional red and aqua blue silks and organza along with structured jackets. The show-stopper was a printed pantsuit with plum, burgundy, and red hues that effortless worked with unexpected synergy.
 
The print recurred in other silhouettes that were both wearable and editorial, a hard feat for any designer.
 
The runway show was packed with a full house of industry editors, buyers, influencers, and notable guests which included Miss USA Sarah Rose Summers, Francesca Curran from Orange is the New Black, Ashley Martson and Jay Smith from 90 Day Fiancé, Melody Mitchell from VH1 Black Ink Crew, and Jenelle Evans from MTV Teen Mom 2 along with notable members of The Consul General Republic of Indonesia: Winanto Adi,
 
Consul for Social-Cultural and Information Affairs, Yohannes Jatmiko, Consul for Economic Affairs, Rima Sundusita, Vice Consul for Social-Cultural and Information Affairs and Rahmayanti Jailani, Spouse of Indonesian consul general.
Read more
Indonesian Diversity F/W 2019

Indonesian Diversity F/W 2019

In a place like New York City, where there is a sea of people in dark neutrals, Indonesian Diversity broke barriers and introduced again what it means to live a life of color. This season brought on the distinctive collections of Dian Pelangi, Itang Yunasz, 2Madison Avenue by designer Maggie Hutauruk and Alleira Batik, all of whom showcased high-class yet wearable designs.

Pelangi, who is returning to New York Fashion Week after her success during Spring/Summer 2018, continues to produce bold yet modest designs. On the runway, women in hijabs and vibrant tiny sunglasses showcase how the spheres of high fashion and streetwear can intersect. It is clear that Pelangi is savvy in understanding how to work with a variety of prints and textures. Her designs come together coherently thus making for an eye-capturing show.

The lights dimmed and the music changed from being upbeat to a slightly slower pace. Soon, Yunasz’scollection graced the walkway. His designs moved so elegantly through space due to the light material.

When asked about what distinguishes his work beyond his use of traditional patterns, Yunasz said, “Our special for New York Fashion Week is flowers. We use fabric that’s for daily [use] and comfort, like cotton and silk.”

Yunasz expressed wanting to make designs that are not only for women in Indonesia but also for women everywhere, and it is clear from the audience that he succeeded in capturing the attention of people from multiple backgrounds.

Hutauruk’s 2Madison Avenue pushes boundaries with a bohemian chic style that experiments with the ways in which structure can change yet still compliment the body. It focuses on making sure designs are 100 percent locally made.

“For this collection, I used a cloth — traditional woven material from North Sumatra that is dying right now cause nobody actually wants to have interest in using it,” Hutauruk adds. “I wanted to mix this with my own print and then put my flair and then try to modernize it with the hope that New York Fashion Week can actually remind people that we all have to evolve.”

Afterward, hues of red, orange, blue and pink roamed the runway as Batik’s collection closed out the show. It is clear that Batik has perfected the ability to merge both the traditional and the contemporary. The looks are fresh and wearable in the modern fashion world.

Indonesian Diversity continues to present collections that blur the lines between traditional and modern, high-class and streetwear, Indonesia and New York. These designers will change how fashion permeates the market and how diversity will influence it.

https://nyunews.com/2019/02/07/nyfw-indonesian-diversity-fall-winter-2019/

Read more
Marilyn Monroe Jadi Inspirasi Koleksi Terbaru Maggie Hutauruk Eddy

Marilyn Monroe Jadi Inspirasi Koleksi Terbaru Maggie Hutauruk Eddy

Liputan6.com, Jakarta - 2madison Avenue mempersembahkan koleksi terbaru bertajuk Fabulous 1819 Evening Wear menjelang penghujung tahun. Maggie Hutauruk Eddy selaku desainer terinspirasi dari perayaan fantastis pada 1950 yang merupakan era bintang ternama seperti Marilyn Monroe dan Audrey Hepburn.

Ikon-ikon dunia tersebut mengekspresikan diri mereka melalui fashion yang fabulous atau memukau dan sesuai dengan brand image masing-masing. Di setiap aktivitas mereka, baik saat sedang bersantai atau berpesta, mereka tampil fashionable dan tidak terbelenggu tren.

"Terdapat 23 varian look yang terdiri dari evening dress, garden party dress, stylish retro-inspired biker jacket, varsity jacket, bahkan ada juga look yang chic semi-minimalis. Saya ingin upayakan agar ada style untuk semua wanita pencinta fashion," jelas Maggie.

Pada koleksi terbaru kali ini, Maggie menggaet AnaJewelz, sebuah brand aksesori eklektik dari Indonesia. AnaJewelz memiliki kekuatan lewat mixing color dan tekstur jadi sealiran dengannya. Brand ini membantu Maggie menekan jumlah sisa bahan potong (waste), dengan mengolahnya sedemikian rupa agar menjadi aksesoris bohemian modern yang chic dan stylish.

Selain itu, Maggie memutuskan akan membawa 2madison Avenue untuk tampil di platform fashion show dunia, New York Fashion Week 2019 pada Februari 2019. Bersama group Indonesia Diversity yang dikelola oleh tim IFG New York, brand ini bakal menampilkan koleksi Fall 19/20 dari sudut pandang kreatifnya.

"Saat ini saya masih dalam tahap finalisasi mood board dan material board saya untuk NYFW 19, dan setelah itu saya akan segera mulai sketching desain saya. Namun, tahap terpenting tentunya adalah pada proses produksi desainnya. That's everything," tutur Maggie.

 

Read more
Ada Marilyn Monroe di Panggung Kecil 2madison Avenue...

Ada Marilyn Monroe di Panggung Kecil 2madison Avenue...

KOMPAS.com - Siapa yang tak pernah mendengar nama Marilyn Monroe? Meski sudah meninggal lebih dari 50 tahun lalu, aktris dan peragawati Amerika Serikat itu, tetap menjadi simbol, dan bahkan rujukan tren fesyen dunia, hingga saat ini. "Marilyn Monroe itu sumber inspirasi saya," ungkap Maggie Hutauruk Eddy, Creative Director 2madison Avenue di 2madison Gallery Kemang, Jakarta, Jumat (30/11/2018). "The stupid blonde bikin dia sangat tenar. Dia pura-pura bodoh, itu yang justru membuat she is so iconic." "Anak saya aja tahu Marilyn Monroe," sambung Maggie yang ingin menggambarkan betapa tenarnya perempuan yang pernah menjadi aktris termahal di AS itu. Kekaguman yang kental itulah yang kemudian menggiring Maggie membuat sederet karya fesyen yang menggambarkan sosok Marilyn Monroe.

Gambar wajah Marilyn Monroe disematkan pada bagian punggung jaket karya perancang 2madison Avenue, Maggie Hutauruk Eddy, dalam trunk show di Kemang, Jakarta, Jumat (30/11/2018).

Karya-karya itulah yang kemudian dia pamerkan dalam koleksi “Fabulous1819 Evening Wear”. Maggie mengaku mengambil inspirasi dari pesta/perayaan fantastis di tahun 1950, eranya Marilyn Monroe, dan juga bintang legendaris Audrey Hepburn. Dia menilai, Ikon-ikon dunia itu telah mengekspresikan diri mereka lewat fesyen yang memukau, selaras dengan brand image mereka. "Mereka tidak terbelenggu tren, mereka hanya tampil ‘fabulously’ dengan cara mereka sendiri," kata dia. Lewat koleksi “Fabulous1819”, Maggie mengaku ingin mengajak masyarakat untuk tampil fashionable dan berani mengekspresikan gaya sesuai kepribadian masing-masing.

.

 Ciri khas

Ciri khas 2madison Avenue dalam melakukan “mixing dan bending the rule” terlihat pada sebagian besar dari 23 koleksi yang diperagakan siang tadi. "Saya menyuguhkan koleksi yang kasual, chic, perempuan tomboy, yang bisa mix n match, saya emang suka yang seperti itu," kata Maggie. Dominasi warna dalam koleksi ini adalah merah dan hitam. Kalau pun ada warna emas dan merah jambu pada beberapa karya pada trunk show ini, diakui Maggie, muncul dari inspirasi Marilyn Monroe yang disebutkannya di awal. Sesuai dengan kepribadiannya, Maggie meleburkan desain fesyen dengan seni lukis, dan mengintegrasikan bahan tradisional ke dalam karyanya. “Ada evening dress, garden party dress, stylish retro-inspired biker jacket, varsity jacket, bahkan ada juga look yang chic semi-minimalis." "Saya ingin upayakan agar ada style untuk semua wanita pencinta fesyen,” kata Maggie.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ada Marilyn Monroe di Panggung Kecil 2madison Avenue...", https://lifestyle.kompas.com/read/2018/11/30/211753620/ada-marilyn-monroe-di-panggung-kecil-2madison-avenue.

Editor : Glori K. Wadrianto

Read more
82 results